Apakah Ini Stres atau Penyakit Mental?
Bulan Kesadaran Stres ini, penting buat membedakan bahwa stres bukanlah kondisi kesehatan mental meskipun bisa menjadi penyebab dan gejala salah satunya.
Mungkin kita sebagai masyarakat salah mengira “stres” sebagai penyakit mental sebagai mabuk sejak dokter bisa memecat orang dari pekerjaan dengan “stres” alih-alih “kondisi kesehatan mental yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati”. Mungkin juga karena meluasnya wabah Stres Pasca Trauma yang dialami para veteran selama bertahun-tahun setelah berbagai perang di jangka masa yang lamanya seratus tahun yang lalu. Kami akan kembali ke perbedaan penting antara stres dan kondisi kesehatan mental ini dalam beberapa paragraf.
Stres yaitu respons alami sistem saraf tubuh terhadap ancaman. Tubuh kita menjadi stres buat mempersiapkan diri menghadapi menyerbu. Bisa berupa ancaman fisik, ancaman emosional, ancaman khayalan atau ancaman yang sudah lama kita alami dan belum terproses sepenuhnya.
Stres sesekali yaitu bagian dari kehidupan. Masalah dan bahkan penyakit – sempurna fisik maupun mental – terjadi ketika kita mengalami stres kronis atau kronis.
Di dunia sekarang ini, kita menghadapi berbagai jenis stres: stres membaca info, stres masa layar, stres teknologi, stres krisis biaya hidup, apalagi stres interaksi dan beban kerja.
Tubuh kita mungkin mengalami situasi eksternal ini sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup kita dengan satu atau lain cara. kalau lanjut-menerus, meresap, seringkali rumit buat menyadari efek dari stres ini terhadap kita sampai gejalanya menjadi rumit buat dijalani. Dan inilah mengapa penting buat sedikit memahami stres.
Inilah sebagian mengapa menantang stigma “melakukannya” dan “menarik kaus kaki kita” tidak berkelanjutan. kalau kita mengubur, menyangkal, atau mengabaikan respons tubuh kita terhadap stres, kita tidak bisa menghindarinya. Tubuh kita menyimpannya.
kalau kita mengabaikan stres kronis, itu bisa menjadi kondisi kesehatan mental. Banyak yang familiar dengan istilah Post-Traumatic Stress Disorder dan sekarang banyak yang familiar dengan Complex Post Traumatic Stress Disorder. Ini yaitu kedua kondisi kesehatan mental dengan gejala yang bisa mengganggu kehidupan sehari-hari akibat peristiwa traumatis yang dialami pikiran dan tubuh kita. Perbedaan antara keduanya dijelaskan kepada saya ketika saya tetap dalam tahap dini didiagnosis dengan CPTSD sebagai berikut:
PTSD biasanya terjadi pada orang matang yang telah melalui peristiwa traumatis dan bisa berkembang pada siapa saja, bahkan seseorang yang tidak memiliki riwayat trauma, masalah kesehatan mental, atau unsur risiko gangguan lainnya.
CPTSD, seperti namanya, lebih kompleks dan bisa disebabkan oleh trauma, pelecehan, atau pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan.
Misalnya, seorang prajurit tahu bahwa mereka yaitu seorang prajurit, mereka tahu ada perang, mereka tahu apa yang sedang mereka alami. Setelah mengalami peristiwa traumatis, mereka mungkin mengalami gejala PTSD. Tetapi kalau seorang ananda di tahun-tahun formatifnya, sebentar otak dan rasa dirinya sedang berkembang, mengalami peristiwa traumatis yang lanjut menerus dan menyebar, maka trauma tersebut menginformasikan struktur otak, pola pemikiran, kepercayaan, dan banyak lagi. Biasanya seseorang dengan CPTSD didiagnosis dengan 10-15 penyakit mental yang berbeda sebelum akhirnya menerima diagnosis ini.
Mengabaikan stres bisa menyebabkan kondisi kesehatan mental dan kondisi kesehatan fisik. Jadi stres itu sendiri bukanlah penyakit mental. Tapi itu bisa menyebabkan mereka dan itu bisa menjadi gejala mereka.
Stres yang tidak terkelola bisa membuat kita mengembangkan mekanisme koping, seringkali sehat secara tidak sengaja. Pikiran kita mau kita hidup dan jadi kalau stres tidak dikelola, itu bisa menyebabkan cadangan daya kita yang mengatur sistem saraf kita buat kita: kita bisa memiliki gangguan kecemasan atau gangguan terkait lainnya dengan kecemasan seperti OCD buat mengelola tingkat stres kita yang luas, kita bisa menjadi stres berlebihan. sistem saraf kita mengalami respons “membekukan” atau “mematikan” yang menyebabkan depresi dan dengan respons ini tubuh kita bisa mengembangkan penyakit fisik akibat stres.
Beberapa orang mungkin mau menghilangkan stres dari hidup kita dan menyatakan bahwa hidup bebas stres lebih bahagia. Tetapi sedikit fakta yang diakui yaitu bahwa kita seluruhnya membutuhkan tekanan dalam hidup kita. Pertama, meskipun tampaknya menyenangkan buat berbaring di pantai sembari bersantai sepanjang hidup kita, tubuh kita menyesuaikan diri lebih cepat dari yang kita sadari dan pikiran kita cenderung menemukan sumber stres baru. Ini yaitu naluri bertahan hidup buat mendeteksi potensi ancaman. Jadi, meskipun kita bisa bersantai sejenak dalam situasi perbaikan cepat ini, menjadikannya kebiasaan tidak mengatur kemampuan kita buat mengatasi stres. Akan lebih berkelanjutan kalau kita menyesuaikan rutinitas harian kita dengan memasukkan kebiasaan rutin buat mengelola tingkat stres.
Kita tidak hanya bisa duduk-duduk di bak mandi busa sepanjang hari atau bermeditasi sepanjang masa karena masyarakat kita tidak dibangun buat kita melakukannya. Dan kulit kita akan keriput karena gelembung! kalau kita memiliki terlalu sedikit stres, kita bisa mengalami kurangnya motivasi dan sikap apatis, yang mungkin mengarah pada penutupan. kalau kita mengalami terlalu banyak stres, itu bisa menyebabkan kecemasan, kelelahan, dan kelelahan. ada tingkat stres yang optimal pada kurva lonceng ini dan di situlah kita tertarik, bersemangat, termotivasi, terlibat dalam kehidupan, dan memiliki tujuan.
Di bulan kesadaran stres ini, kita juga bisa mengingat stres positif dan perbedaannya dengan stres negatif. Stres negatif yaitu kelelahan, tenggat masa yang terlewat, pertengkaran dengan orang yang dicintai, tekanan dari self-talk negatif, kebosanan dengan info, tidak bisa mematikan, meringkas? Stres yaitu kebutuhan kehidupan modern.
Stres positif bisa mempelajari beberapa keterampilan baru, secara positif menekankan tubuh kita melalui olahraga, secara positif menekankan pikiran kita dengan pengalaman baru, secara positif menekankan keterampilan komunikasi kita dengan bertemu orang baru, mencoba hal baru, mendorong diri kita dengan lembut dan dengan kegembiraan, kasih sayang dan rasa mau tahu di luar. zona nyaman kita.
Jadi mari kita perjelas lagi apa perbedaan antara stres dan penyakit mental:
rambut dan penyakit mental yaitu dua konsep yang sering digunakan secara bergantian, tetapi keduanya bukanlah hal yang sama. sebentar stres yaitu respons normal terhadap situasi yang menantang, penyakit mental yaitu kondisi serius yang memerlukan perhatian medis.
Menekankan yaitu respons alami terhadap situasi, lingkungan, dan interaksi yang menantang kita. Stres bisa berupa tekanan fisik pada tubuh kita, beban kognitif yang intens dan meluas (tekanan pada kapasitas mental kita) dan beban emosional yang meningkat. Stres yaitu bagian normal dari kehidupan karena hidup itu sendiri rumit dan, dalam jumlah mini, bisa bermanfaat. Stres bisa membantu kita tetap waspada dan konsentrasi. Namun, ketika stres menjadi kronis atau berlebihan, hal itu bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental kita.
Stres kronis bisa menyebabkan berkembangnya kondisi kesehatan mental dan kondisi kesehatan fisik. Oleh karena itu penting bagi kita buat belajar mengelola stres buat mencegah timbulnya kondisi jangka panjang lainnya.
Penyakit kejiwaan yaitu diagnosis salah satu dari banyak kondisi serius yang memengaruhi pemikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Penyakit mental bisa disebabkan oleh berbagai unsur, termasuk genetika, lingkungan, dan pengalaman hidup.
Perbedaan lainnya yaitu penyakit jiwa bukanlah pilihan, melainkan kondisi medis yang memerlukan pengobatan. Stres tidak selalu yakni pilihan, tetapi kadang-kadang kita bisa menemukan diri kita menjadi kecanduan hormon stres dan karena itu mulai mencari situasi stres buat mendapatkan respons “tinggi” yang akrab.
Perbedaannya jernih, kalau kita meluangkan masa buat memperhatikan tubuh, pikiran, pola pikir, pola perilaku, dan emosi kita. Apakah anda mengalami gejala stres atau penyakit mental, penting buat mendapatkan dukungan. Stres atau sakit jiwa bukanlah cacat karakter, namun dengan ilmu, dukungan dan bimbingan yang tepat, kita bisa belajar mengelola dan mengobati keduanya.