Ulasan perjalanan terkini: tiga momen menakjubkan
The Last Tourist mengungkapkan banyak kelemahan pariwisata, tetapi ketiga momen ini sangat memukul kami
Peran turis modern diuji dalam sebuah film dokumenter baru. The Last Tourist menggabungkan wawasan para pakar perjalanan dan lingkungan dengan serangkaian laporan langsung buat menyoroti praktik berbahaya yang didukung dan didorong oleh pariwisata mendunia.
Difilmkan di 14 negara, film yang memukau secara visual menyentuh beberapa aspek paling buruk dari industri pariwisata dengan pemandangan kerumunan massa di tempat-tempat indah, perilaku buruk turis, dan jalur pelayaran eksploitatif yang menjauhkan penumpangnya dari penduduk lokal sejauh mungkin.
Meskipun kami sangat percaya pada kekuatan transformatif perjalanan bagi perseorangan dan masyarakat, kami juga menyadari bahwa perjalanan ialah hak istimewa, bukan hak; bahwa tindakan kami memiliki konsekuensi terhadap satwa liar, manusia, dan tempat; Dan pada akhirnya tergantung pada kita sebagai pelancong buat menjadi pendorong kebaikan di luar angkasa.
Dengan mengingat hal itu, kami melihat tiga momen krusial dari film yang menonjol secara spesifik.
1. Gajah yang dikurung bunuh diri
Bagi kami, momen paling pedih dalam The Last Tourist terjadi di “atraksi satwa liar” di Thailand, di mana gajah yang tampak trauma dipaksa melakukan trik yang melibatkan menari dan merokok.
Turis-turis yang membawa kamera menonton dan tersenyum saat gajah digiring oleh penjaganya, yang menggunakan kail buat mengendalikannya. “Hiburan” lainnya termasuk simpanse yang mengendarai sepeda, harimau yang dirantai melangkahkan kaki dengan kaki belakangnya, dan lumba-lumba melompati lingkaran.
Melissa Matlow dari World Animal Protection nirlaba menjelaskan bahwa secara mendunia lebih dari 500.000 hewan menderita di tempat wisata dan lebih dari 3.000 gajah di Asia Tenggara saja. orang yang mahir lingkungan terkenal Dr. Jane Goodall (Jane Goodall Institute, Utusan Perdamaian PBB) menjelaskan bagaimana harimau mabuk buat selfie dan gajah diburu dari segala yang ada di langit dan di bumi liar buat turis.
Lek Chailert dari Yayasan Save Elephant menjelaskan bagaimana gajah yang dibawa dalam perjalanan wisata atau melakukan trik sirkus ‘dihancurkan’ dengan menempatkan mereka melalui metode pengkondisian traumatis yang dikenal sebagai ‘menghancurkan’.
Setelah bocah cilik gajah muda dipisahkan dari induknya, pengondisian melibatkan hari-hari penyiksaan, terkadang berminggu-minggu. hewan muda diasingkan, tidak diberi makan dan minum, dan dipaksa menanggung pemukulan dan cambukan tiba mereka “rusak” dan lepas kendali sebab ketakutan.
Pengungkapan yang paling mengerikan ialah bahwa belalai mereka harus diikat selama cobaan berat buat menangkal gajah menggigit mereka dalam tindakan bunuh diri. Rupanya makhluk agung ini lebih memilih wafat kehabisan darah daripada hidup dalam kondisi seperti ini.
Kerjakan dengan benar: apabila dirimu ingin melihat satwa liar, lihatlah di segala yang ada di langit dan di bumi liar. hewan-hewan itu tidak akan menari buat dirimu, tetapi melihat mereka di habitat aslinya mengalahkan sangkar atau cincin sirkus setiap saat.
Jangan pernah menunggang gajah – atau kemungkinan besar hewan apa pun, termasuk kuda. Sebagai gantinya, pertimbangkan buat mengunjungi pusat penyelamatan dan rehabilitasi satwa liar, seperti Elephant Nature Park di Thailand. Selain menyelamatkan gajah dari penangkaran, taman tersebut mempekerjakan mantan mahout (pemelihara gajah) yang kini merawat gajah tanpa menggunakan kail.
2. Kesukarelaan menciptakan bocah cilik yatim piatu
film ini pindah ke sebuah panti asuhan di Kamboja, di mana dua sukarelawan Inggris, yang jelas tidak tenggelam, mencoba mengajar bahasa Inggris. Dalam wawancara, ternyata tidak satupun dari mereka yang memiliki kualifikasi sebagai guru. Seorang sukarelawan bahkan melanjutkan dengan mengatakan bahwa kualifikasi tidak diperlukan selama “dirimu ingin menghabiskan masa seiring bocah cilik-bocah cilik dan menikmati menghabiskan masa seiring bocah cilik-bocah cilik, itulah yang dirimu butuhkan.” beliau menambahkan di bagian akhir bahwa dirimu memerlukan “pemahaman dasar tentang bahasa Inggris”.
beliau menjelaskan bahwa tidak eksis inspeksi sebelum bergabung dengan panti asuhan. “Itu sangat mudah,” katanya sambil mengangkat bahu. “Itu tidak mungkin lebih mudah.”
Clarissa Elakis dari ChildSafe International menjelaskan bahwa voluntourism ialah salah satu tren pariwisata yang paling sigap berkembang, tetapi seringkali tidak diatur, dengan lebih dari 10 juta lokasi relawan. beliau menjelaskan bagaimana turis datang ke sekolah, mengganggu kelas, mengambil foto, membagikan permen, dan kemudian menunggu pagelaran.
“Apakah ini akan terjadi di negara dirimu? tanya Elakis. “Mungkin tidak. Jadi mengapa wisatawan menganggap itu hal yang bagus buat dilakukan di negara berkembang?
Di Kamboja, peningkatan panti asuhan sebesar 75% sejak tahun 2005 merupakan akibat langsung dari kesukarelaan. Ini bisa sangat merusak pendidikan, memiliki efek psikologis jangka panjang pada bocah cilik yatim piatu, dan paling buruk, mengeksploitasi bocah cilik demi keuntungan. bocah cilik yatim sering mengalami masalah kesehatan mental dan mengalami tingkat bunuh diri yang tidak proporsional.
Wisata panti asuhan telah menjadi bisnis yang menggiurkan di mana bocah cilik-bocah cilik dipaksa masuk ke fasilitas tersebut buat menarik wisatawan dan mendorong donasi. Secara mendunia, sekeliling 80% bocah cilik yatim memiliki setidaknya satu orang lanjut usia yang tetap hidup. Para orang lanjut usia yang berjuang melawan kemiskinan dihimbau dan didorong buat menitipkan anaknya di panti asuhan. Voluntaryism meningkatkan kebutuhan bocah cilik-bocah cilik buat berada di institusi ini dan mendukung sistem yang memecah belah keluarga.
Kerjakan dengan benar: Kenyataannya, menjadi sukarelawan langsung dengan bocah cilik-bocah cilik di negara lain tidak akan membantu masyarakat setempat. eksis pilihan lain – sama-sama menguntungkan dan menguntungkan -.
Thinkchildsafe.org telah mengembangkan sejumlah program kreatif dan inovatif buat membantu dan melindungi bocah cilik-bocah cilik di seluruh internasional.
3. uang dari pariwisata jarang tetap di tempat tujuan
Bukan rahasia lagi bahwa pariwisata internasional ialah bisnis besar. Delapan puluh persen negara menganggap pariwisata sebagai salah satu dari lima penghasil devisa terbesar mereka, dan satu dari 10 pekerjaan di planet ini terkait dengan industri. Pada tahun 2018, data signifikan terakhir yang tersedia sebelum pandemi, perjalanan, dan pariwisata menyumbang $8,8 triliun pada ekonomi mendunia.
Namun, uang yang dihasilkan dari industri tersebut jarang memperkuat di negara tempat para wisatawan berkunjung. Judy Keffer Gona, pendiri Agenda Perjalanan dan Pariwisata Berkelanjutan, menjelaskan bahwa hanya 14% dari setiap dolar yang dibelanjakan di Kenya tetap berada di negara tersebut. Delapan puluh enam persennya berakhir di luar, biasanya dengan maskapai penerbangan milik asing, jaringan hotel atau operator tur.
Proses yang khas ialah jaringan hotel asing membangun resor dan kemudian mengimpor makanan dan persediaan dari luar negeri. Satu-satunya uang yang tersisa di negara ini ialah upah pekerja dengan bayaran terendah di industri, seperti pekerja konstruksi dan staf perhotelan. Perusahaan multinasional menempati ruang tersebut, sehingga masyarakat lokal seringkali kehilangan faedah ekonomi dan budaya dari pariwisata. Sebaliknya, sebagian besar uang masuk.
Gona menyoroti bagaimana pariwisata kelas atas khususnya bisa melanggengkan kemiskinan dengan gagal mengintegrasikan masyarakat lokal. Kenyataannya ialah sebagian besar tujuan wisata paling terkenal memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di internasional. Meskipun pariwisata bisa menciptakan lapangan kerja di suatu destinasi, hal itu jarang terjadi Kanan Tempat kerja.
Kerjakan dengan benar: Pilih operator pariwisata yang bertanggung jawab yang berfokus pada mendukung masyarakat dan melestarikan segala yang ada di langit dan di bumi. Langkah lain termasuk menginap di pondok milik keluarga alih-alih rantai multinasional, makan di restoran lokal yang merayakan masakan lokal sebagai bagian dari budaya mereka, atau berkayak atau mendaki dengan pemandu lokal.
Adrienne Lee, direktur pengembangan di Planeterra Foundation, mitra nirlaba G Adventures, mengatakan:
“Dengan mengalami beragam tempat, budaya, dan praktik dengan langkah yang paling bertanggung jawab, para pelancong bisa menjadi pendukung buat melestarikan dan meningkatkan internasional kita saat mereka kembali ke rumah. Operator perjalanan yang bertanggung jawab memainkan peran krusial dalam menghubungkan pelancong dengan pemilik bisnis, menciptakan peluang bagi banyak orang di tingkat akar rumput.”
Pada akhirnya, ini ialah buat meneliti praktik operator potensial. G Adventures, Intrepid Travel, dan Responsible Travel ialah contoh yang bagus. Situs web film memiliki beberapa sumber daya buat membantu.