Rawat Inap COVID-19 Terkait dengan Masalah fungsi Otak Jangka Panjang, Penelitian Terbaru yang Didukung MQ
Penelitian baru, yang didukung oleh MQ, menemukan bahwa orang yang dirawat di tempat tinggal sakit karena COVID-19 mungkin mengalami berbagai masalah jangka panjang terkait fungsi otak mereka. Masalah-masalah ini sanggup memperkuat atau muncul dalam masa lama bahkan setelah mereka pulih dari fase akut penyakit.
Masalah termasuk ‘kabut otak’ atau berpikir lambat dan masalah memori, demensia, depresi dan kecemasan, kejang/epilepsi, insomnia dan bahkan psikosis.
Gejala-gejala ini sanggup berdampak buruk pada kehidupan perseorangan, jadi memahami sepenuhnya sejauh mana masalah ini dan risiko mengembangkannya merupakan langkah pertama yang krusial dalam menghadapinya.
Apa yang dilakukan para peneliti?
Studi yang dilakukan oleh Dr Maxime Taquet dari Universitas Oxford, menggunakan data catatan kesehatan elektronik dari 280.173 pasien (kebanyakan di AS) yang dirawat di tempat tinggal sakit dengan COVID-19 dan 46.573 catatan orang yang dirawat di ICU. Mereka kemudian menemukan catatan kesehatan dari kelompok pasien lain yang dirawat di tempat tinggal sakit karena alasan berbeda dan membandingkan datanya.
Mereka mengikuti pasien ini selama dua tahun buat lebih memahami efek jangka panjang dari infeksi COVID-19 dan bagaimana perbandingannya dengan kondisi lain yang mengakibatkan rawat inap.
karena ukuran sampel yang besar, penelitian ini sangat aneh, dan dengan mengikuti perseorangan selama dua tahun, penelitian ini adalah salah satu yang terlama di bumi dalam hal inspeksi hasil infeksi setelah COVID-19.
Apa yang mereka temukan
Pasien yang dirawat di tempat tinggal sakit karena infeksi COVID-19 ternyata berisiko lebih besar mengalami berbagai masalah neurologis dan kejiwaan yang serius dibandingkan dengan mereka yang dirawat di tempat tinggal sakit karena alasan lain.
Namun, risiko yang dihadapi pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) akibat COVID-19 serupa dengan yang dihadapi oleh orang yang dirawat di ICU karena alasan lain yang tak terkait dengan COVID-19.
Dengan kata lain, berada di ICU itu sendiri, terlepas dari alasan spesifik buat masuk, membawa risiko masalah neuropsikiatri jangka panjang, dan infeksi COVID-19 tak semakin menaikkan risiko ini.
“COVID dikaitkan dengan risiko tinggi berbagai gejala residu neurologis dan psikiatris. Tetapi saat COVID sangat parah, tingkat keparahannya lebih krusial daripada COVID itu sendiri.” kata Maxime. “Singkatnya, kami telah menunjukkan bahwa gejala residu neuropsikiatrik pasca-akut (termasuk kabut otak) pada pasien rawat inap dengan COVID-19 bersifat luas dan memperkuat lama. Tetapi risiko pada pasien yang dirawat di ICU serupa dengan yang masuk pasca-ICU dengan alasan apa pun.“
kenapa ini krusial?
Temuan ini krusial bagi otoritas kesehatan masyarakat yang perlu merencanakan pemberian layanan. andai orang yang menjalankan layanan kesehatan kita tak mengetahui skala masalah yang kita hadapi, mereka tak sanggup merencanakan alokasi sumber daya yang tepat,
Temuan ini juga krusial bagi para peneliti yang tertarik buat mempelajari lebih lanjut tentang dampak COVID-19 pada tubuh, yang belum diketahui secara pasti.
kamu sanggup membaca makalah lengkapnya, yang diterbitkan di Brain Behavior and Immunity, di sini. Studi ini didukung oleh dana dari Wolfson Foundation.