Polusi Udara Terkait dengan Kesehatan Mental yang Buruk |
Paparan polusi udara tingkat rendah terkait dengan depresi dan kecemasan, sebuah studi baru menunjukkan.
Penelitian yang diterbitkan kemarin (1 Februari 2023) menemukan bahwa paparan jangka panjang terhadap banyak polutan udara tingkat rendah kemungkinan besar terkait dengan pengalaman depresi dan kecemasan.
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan nyaris 400.000 peserta, tingkat depresi dan kecemasan meningkat dengan tingkat paparan jangka panjang terhadap banyak polutan udara.
Meskipun banyak faktor lain yang mungkin berperan, penelitian Dr Jing Huang dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Peking di Beijing dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa ada interaksi antara paparan polusi udara jangka panjang dan depresi atau kecemasan.
Polusi udara semakin diakui sebagai faktor risiko lingkungan yang krusial bagi kesehatan mental kita dan juga bagi peneliti lain.
Rekan MQ Dr Helen Fisher, berpikiran sama dengan para peneliti ini. Dalam studi sebelumnya yang membutuhkan waktu 25 tahun buat dikuratori dan dilaporkan tahun lalu, Dr Fisher memandang efek polusi pada perkembangan penyakit mental seperti depresi, khususnya bagaimana paparan polusi udara bagi kesehatan mental kaum belia. Studi tersebut menunjukkan bahwa bocah kecil-bocah kecil yang tumbuh di kota-kota besar menghadapi risiko penyakit mental yang lebih besar disebabkan tingkat lalu lintas yang lebih tinggi.
Mengenai penelitian sebelumnya, Dr Fisher mengatakan:
“Meskipun kami suka menganggap kota-kota kami sebagai ruang hijau dan terbuka, jelas bahwa ada ancaman tersembunyi yang tak lagi dipertimbangkan oleh banyak orang.”
Dr Fisher juga terlibat dalam penelitian tentang bagaimana trauma masa kecil memperoleh menyebabkan psikosis di kemudian hari. Helen juga salah satu peneliti utama di proyek MQ’s IDEA yang menggunakan data dari seluruh internasional buat menemukan faktor-faktor yang menaikkan risiko beberapa orang mengalami depresi klinis. Proyek IDEA akan membuat barang global buat menyaring orang dari depresi.
Dalam studi Dr Huang baru-baru ini, para peneliti menyelidiki interaksi antara kejadian depresi dan kecemasan dan polutan udara di sekeliling tempat tinggal peserta. sebentar 389.185 orang memberikannya, beberapa dari mereka tak pernah didiagnosis dengan depresi atau kecemasan, dan yang lainnya pernah. Polutan yang diperkirakan buat area tempat tinggal para peserta termasuk nitrogen dioksida dan oksida nitrat.
Peserta direkrut lebih awal, sebagian besar antara tahun 2006 hingga 2010. Temuan ini dianalisis tahun lalu dan dipublikasikan minggu ini.
Meskipun temuannya menarik, penelitian kausalitas lebih lanjut mungkin diperlukan buat lebih memahami interaksi langsung dan faktor tak langsung yang memperoleh berkontribusi pada temuan ini.
Seperti biasa, lebih banyak penelitian berarti pemahaman yang lebih baik. Dan itulah mengapa MQ berupaya mendukung penelitian kesehatan mental dengan segala langkah yang memungkinkan.