Sebuah interaksi telah ditemukan antara Sendi Hypermobile dan munculnya depresi dan kecemasan pada masa remaja, menurut sebuah studi baru oleh Brighton and Sussex Medical School (BSMS) yang diterbitkan di BMJ terbuka.
Para peneliti menemukan bahwa orang belia dengan hipermobilitas sendi lebih cenderung mengalami depresi dan kecemasan, dan gejala kejiwaan juga lebih buruk pada peserta hypermobile.
Dr Jessica Eccles, Dosen Senior Klinis BSMS dan MQ Arthritis Research UK Fellow dan penulis utama mengatakan:
“Banyak masalah kejiwaan, termasuk depresi dan kecemasan, dimulai sebelum usia 25 tahun. Oleh karena itu, penting buat mengenali faktor-faktor yang sanggup meningkatkan risiko gangguan ini. Menyadari interaksi antara hipermobilitas dan depresi dan kecemasan berarti kita sanggup mengatasinya mengembangkan perawatan yang cocok dan efektif.”
Sendi Hypermobile disebabkan oleh perbedaan genetik pada jaringan ikat kita, dan karena jaringan ikat ada di mana-mana di tubuh, itu juga memengaruhi sistem saraf lawan-atau-lari kita. ketika bagian dari sistem saraf kita ini bekerja secara berbeda, masalah kesehatan mental lebih mungkin terjadi.
Studi yang didanai oleh Medical Research Council dan oleh MQ and Versus Arthritis, juga menemukan bahwa Sendi Hypermobile lebih sering terjadi pada wanita daripada cowok. Namun, hanya pada orang yang masih mungil laki-laki yang hipermobilitas sendi pada usia 14 tahun meningkatkan risiko depresi pada usia 18 tahun.
Meskipun Sendi Hypermobile dikaitkan dengan gangguan kecemasan pada orang dewasa, kaitan ini sebelumnya belum dieksplorasi dalam sampel besar orang yang masih mungil-orang yang masih mungil atau remaja.
“MQ sangat bangga mendukung karya terobosan Dr Eccles dan timnya. Studi ini menyoroti perlunya dukungan yang lebih terarah dan disesuaikan buat remaja hypermobile, terutama wanita. Temuan ini tidak hanya menyoroti perlunya dukungan buat kelompok perseorangan ini, tetapi juga menyoroti pentingnya penelitian yang mengambil pendekatan holistik, otak-tubuh terhadap kesehatan dan menggunakan studi longitudinal. mempertaruhkan. dari depresi dan kecemasan. Selamat kepada Jess dan timnya dan kami menantikan tahap selanjutnya dalam pekerjaan ini sehingga kami sanggup memastikan perawatan dan pengobatan klinis yang lebih bagus tersedia.”
Lea Milligan, CEO Riset Kesehatan Mental MQ
Para peneliti menggunakan basis data yang ada dari The Avon Longitudinal Study of Parents and Children (ALSPAC), yang mengumpulkan data dari lebih dari 14.000 orang yang masih mungil dan orang tua atau pengasuh mereka, dan menilai hipermobilitas sendi mereka pada usia 14 dan 18 tahun, dan depresi dan kecemasan pada usia 18 tahun. Mereka kemudian menggunakan tes statistik buat menilai interaksi antara hipermobilitas sendi dan depresi dan kecemasan.
Dr Neha Issar-Brown, Direktur Riset dan Intelijen Kesehatan di Versus Arthritis mengatakan:
“Hipermobilitas memengaruhi satu dari empat orang di Inggris. Seperti kondisi muskuloskeletal lainnya (MSK), hipermobilitas sanggup berdampak besar dan luas pada kehidupan, menyebabkan rasa sakit setiap hari, kelelahan, dan sering mengganggu tidur.
“Studi sebelumnya pada orang dewasa telah menunjukkan bahwa dirimu lebih mungkin menderita kecemasan andaikata dirimu memiliki hipermobilitas, dan bahwa jumlah gejala nyeri setiap hari sanggup menyebabkan depresi. Ini membantu penelitian Dr Eccles buat mengidentifikasi siapa yang berisiko pada usia dini. , yang akan memungkinkan perawatan yang lebih bagus, lebih awal, dan lebih bertarget buat membantu kaum belia hayati dengan bagus dengan hipermobilitas, dan menangkal atau mengurangi pengaruh kondisi masa utama terhadap kehidupan.
memandang serta memahami isi dari apa yang tertulis makalah lengkapnya, berjudul: Varian jaringan ikat (hipermobilitas sendi) dan hubungannya dengan depresi dan kecemasan pada remaja: studi kasus-kontrol berbasis kohort’.